Geudeu-geudeu adalah
salah satu seni bela diri yang berkembang di daerah Pidie Jaya, Aceh.
Geudeu-geudeu dimainkan oleh laki-laki dan kerap dipertandingkan antar kampong
pada musim luang blang (pasca panen padi)
atau ketika bulan purnama. Permainan
geudeu-geudeu berawal dari usaha mengasah ketahanan mental dan ketangkasan para
pejuang, tetapi lama-kelamaan menjadi permainan dan tontonan masyarakat. (Abd.
Hadjat, Aceh, 1993 : 44). Permainan ini sangat berbahaya dan dapat berakibat
fatal, karena itu tidak untuk memperebutkan juara.
Petarung Geudeu-geudeu
harus memiliki kesehatan fisik dan mental, tahan pukul, dan bantingan lawan.
Tempat permainan dilaksanakan di sawah, arena permainan biasanya ditaburi
jerami sebagai matras, yang dimaksud untuk mencegah cedera pada saat terjatuh
atau dihempas lawan. Geudeu-geudeu tidak hanya sekedar permainan untuk
menggendurkan otot-otot melalui pertarungan dan tidak pula sebuah kesenangan
bagi petarung yang menang, tetapi juga kepuasan dalam mengekspresikan budaya.
Gambar 1 : Geudeu-geudeu di Gampong
Pangwa Kecamatan Trienggadeng,Pidie Jaya
Sistem
Permainan
Permainan
Geudeu-Geudeu dibagi dalam dua kategori, yaitu antar pribadi dan antar
perwakilan kampong. Setiap orang boleh ikut sebagai petarung dengan syarat
berani dan mampu menahan pukulan serta bantingan lawan. Tata cara prmainannya,
yaitu para petarung terlebih dahulu diundi untuk memilih lawan tandingnya.
Petarung pertama yang menentang dua lawan disebut ureung Tueng (penantang). Petarung yang ditantang yang berjumlah
dua orang disebut sebagai ureung phok (penyerang)/.
Petarung pertama akan memukul dan membantung dua petarung yang menyerangnya.
Pada babak kedua, posisi pemain ditukar, posisi ureung tueng beralih ke Ureung
phok, begitu juga sebaliknya.
Dalam
permainan geudeu-geudeu, di samping adu kekuatan, juga diiringi dengan teknik
atau strategi. Apabila pihak pertama sanggup memukul dan membanting pihak
kedua, wasit akan menetapkan pihak pertama sebagai pemenangnya. Lamanya setiap
ronde permainan tidak ada ketentuan, tergantung pada situasi dan kondisi.
Apabila pemain sudah terasa letih, wasit akan menghentikan permainan. Namun,
jika Geudeu-geudeu dipertandingkan antar kampong, ketentuan kalah dan menang
harus disepakati terlebih dahulu. Apabila dalam permainan terjadi cidera,
biasanya menjadi tanggung jawab masing-masing pemain.
Pertarungan
seni bela diri Geudeu-geudeu dipimpin oleh beberapa orang wasit yang disebut ureung seumegla (juri pelerai). Ureung Seumegla biasanya berjumlah empat
atau lima orang. Para juri pelerai juga merupakan orang-orang yang gtangkas dan
kuat sehingga mampu melerai para petarung jika terjadi kesalahan. Biasanya
terdiri atas para mantan petarung geudeu-geudeu itu sendiri. Ureung Seumegla dapat mengetahui apakah
petarung lawannya dengan cara professional atau emosional. Hal itu sangat
penting diketahui oleh ureung seumegla untuk menentukan kapan saat petarungan
harus dihentikan.
Sumber : Buku kumpulan Permainan
Tradisional Pidie Jaya
0 Komentar