Jalur Rempah: Nyong Sebagai Pelabuhan Pusat Aktivitas Serta Pertukaran Budaya Dikawasan Pidie Jaya

Budayapijay.or.id - Aceh pernah mengalami era kejayaan dan membuatnya tercatat dalam peta perdagangan global. Pada abad ke-16, titik Jalur Rempah Nusantara ini dikenal sebagai suatu daerah yang kerap disinggahi berbagai kapal dari tiap penjuru mata angin. Pada era ini, Pelabuhan Aceh Darussalam menggantikan Pelabuhan Malaka yang ditaklukan Portugis pada tahun 1511 yang menyebabkan pusat perdagangan, terutama rempah, pada akhirnya berpindah.

Awal abad ke-17, Kesultanan Aceh yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, yang menyatukan Sultan Darud Donya dan Darul Kamal, adalah negara terkaya, terkuat, dan termakmur di kawasan Selat Malaka. Pada hari ini, kota perdagangan legendaris itu telah berubah nama menjadi Banda Aceh.

sumber: Menggali Jejak Jalur Rempah Bandar Aceh Darussalam


Salah satu rempah istimewa yang banyak dihasilkan oleh Aceh adalah lada. Namun hilir mudik perdagangan rempah juga membawa berbagai macam rempah yang kini bisa kita temui di Aceh. Tak mengherankan jika kuliner Aceh begitu kaya akan aroma dan cita rasa rempah.

Pemanfaatan rempah di Aceh tidak hanya diperuntukan sebagai bahan-bahan kuliner, namun juga menjadi bahan pengobatan alternatif. Hal ini pun telah lama dilakukan oleh masyarakat Aceh dalam melakukan pemanfaatannya terhadap tumbuhan multiguna ini. Pengobatan dengan rempah bahkan telah tertulis dalam kitab-kitab masa lampau. Salah satu contohnya, termaktub dalam kitab Tajul Muluk (Mahkota Raja) yang ditulis oleh Syekh Ismail Aceh pada zaman Sultan Ibrahim Mansur Syah (1837-1870 M). Di dalamnya disebut beberapa jenis rempah dari lada, cengkeh, dan fuli (lapisan biji pala berwarna merah).

Jauh sebelumnya, rempah pun menjadi bagian dalam sejarah Aceh. Lada, terutama, pernah menjadi cendera mata dan alat diplomasi saat Aceh hendak meminta bantuan bangsa asing. Bangsa asing yang pernah menerima ini salah satunya adalah bangsa Turki.

Kisah panjang mengenai hubungan rempah dan perjuangan Aceh tersebut memiliki bukti yang masih bisa kita temui yaitu "meriam lada secupak".

sumber: Sejarah Rempah di Aceh dalam Sejarah Catatan Kuno, Kuliner, dan Diplomasi

Pidie Jaya atau pada masa Kesultanan Aceh lebih akrab dikenal dengan nama Negeri Meureudu diduga merupakan kawasan penghasil rempah, terutama pala. Hal ini sejalan dengan ditemukannya banyak pecahan keramik dikawasan Nyong yang mewakili beberapa peradaban dari Dinasti Cina dan produksi Eropa. Penemuan ini memperkuat bukti bahwa adanya kontak dagang antara Negeri Meureudu dengan bangsa asing.

pecahan keramik yang ditemukan dikawasan Nyong
Dokumen Pribadi


Tim dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata bersama dengan Pusat Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam di Aceh & Alam Melayu (Pusaka) UIN Ar-Raniry serta didampingi Bidang Kebudayaan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pidie Jaya, pada minggu 09/10/2022 melaksanakan penelitian jalur rempah. penelitian ini dimaksudkan untuk melacak keberadaan terkait sebaran jalur rempah dan juga pembuktian secara akademik.

Dok. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Pidie Jaya


Dugaan Nyong sebagai daerah pelabuhan yang menjadi pusat aktivitas perdagangan serta pertukaran budaya semakin diperkuat dengan temuan pecahan-pecahan keramik tersebut. hal serupa juga dapat dijumpai dikawasan Kampung Pande yang menjadi pusat perdagangan Kesultanan Aceh Darussalam.

Dokumen Pribadi


Jalur Rempah atau jalur sutera yang melewati maritim sendiri tidak hanya ditandai dengan aktivitas perdagangan saja, melainkan juga pertukaran budaya antar bangsa. Dr. Alan Chong dari Universitas Teknologi Nanyang Singapura mengungkapkan bahwa jalur maritim benua Asia dari Asia Timur Laut melalui Asia Tenggara ke Timur Tengah adalah jalur konveyor multi arah ide-ide budaya. Ia menjelaskan sejarah di masa lalu saat zaman kerajaan apapun, memberikan sesuatu berupa hadiah adalah hal tak terpisahkan dari diplomasi. Di masa pelayaran yang masih bergantung dengan arah angin, tanpa kepastian kapan akan sampai tujuan setiap kapal penjelajah harus bersiap untuk selalu berlabuh dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya. “Hal ini juga memberikan pertukaran hadiah atau bingkisan dari penjelajah kepada penguasa setempat yang menjadi awal pertukaran budaya.

sumber: Peran Jalur Rempah dalam Perkembangan Peradaban di Indonesia

Kawasan Pidie Jaya sendiri diduga kuat juga mengalami pertukaran budaya dengan bangsa asing, yang sangat terlihat hari ini adalah beberapa panganan khas Pidie Jaya memiliki ciri yang mirip dengan yang terdapat di India. Nasi beriyani merupakan salah satu contoh pertukaran kebudayaan tersebut, serta terdapat keturunan India yang masih mendiami kawasan Pidie Jaya sampai dengan sekarang.

Dari semua bukti-bukti yang terkumpul, kuat dugaan Pidie Jaya merupakan salah satu Jalur Rempah di kawasan Aceh serta diharapkan dengan adanya penelitan ini, menjadi upaya nyata pengungkapan dan pelestarian kawasan bersejarah yang ada dikawasan Pidie Jaya.

Penyunting: Afdhal Zikri, S.Pd (Ahli Pertama - Pamong Budaya)

Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay