Pemimpin Aceh Dalam Catatan Sejarah

 Periode Sultan Aceh

Sultan Ali Riayat Syah (1514-1528)
Sultan Salahuddin (1528-1537)
Sultan Alauddin al-Kahhar (1537-1568)
Sultan Husin (Ali Riayat Syah) (1568-1575)
Sultan Muda (±1575)
Sultan Sri Alam (±1576)
Sultan Zainal Abidin (1576-1577)
Sultan Alauddin (Mansyur Syah) (1577-1586)
Sultan Ali Riayat Syah (Buyong) (1586-1588)
Sultan Alauddin Riayat Syah Sayidil al Mukammal (1588-1604)
Sultan Ali Riayat Syah (1604-1607)
Sultan Iskandar Muda (1607-1636)
Sultan Iskandar Thani (1636-1641)
Sultanah Tajul Alam Safiatuddin Syah (1641-1675)
Sultanah Nurul Alam Nakiatuddin Syah (1675-1678)
Sultanah Inayat Syah Zakiatuddin Syah (1678-1688)
Sultanah Kamalat Syah (1688-1699)
Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Djamaluddin (1699-1702)
Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtui (1702-1703)
Sultan Jamalul Alam Badrul Munir (1703-1726)
Sultan Jauhar Alam Amadin Syah (±1726)
Sultan Syamsul Alam (Wandi Tebing) (1726-1727)
Sultan Alauddin Ahmad Syah (Maharaja Lela Melayu) (1727-1735)
Sultan Alauddin Johan Syah (Pocut Aoek) (1735-1760)
Sultan Mahmud Syah (Tuanku Raja) (1760-1781)
Sultan Badruddin (1764-1765)
Sultan Sulaiman Syah (Raja Udahna Lela) (1773)
Sultan Alauddin Muhammad Syah (Tuanku Muhammad) (1781-1795)
Sultan Alauddin Jauhar al Alam (1795-1824)
Sultan Muhammad Syah (1824-1836)
Sultan Ibrahim Mansyur Syah (1836-1870)
Sultan Mahmud Syah (1870-1874)
Sultan Muhammad Daud Syah (1874-1903)

Sumber: R. Hoessein Djajadiningrat. Critisch Overzicht van de in Maleische werken Vervate Gegevens over de geschiedenis van het Soeltanaat van Atjeh; Serambi Indonesia, 8 Februari 2007


Sultan Iskandar Muda


Sultan Iskandar Muda (Aksara Jawoë : سلطان إسكندر مودا) (Lahir di Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh, 1590 atau 1593[1] – wafat di Bandar Aceh Darussalam, Kesultanan Aceh, 27 Desember 1636) merupakan sultan yang mencapai masa kejayaan Kesultanan Aceh, yang berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636.[2] Sultan Iskandar Muda masih merupakan garis keturunan laki-laki dari pendiri Kesultanan Aceh Darussalam yaitu Sultan Ali Mughayat Syah sekaligus keturunan laki-laki terakhir dari Dinasti Meukuta Alam yang bertakhta sebagai Sultan Aceh. Aceh mencapai kejayaannya pada masa kepemimpinan Iskandar Muda, di mana daerah kekuasaannya yang semakin luas dan reputasi internasional sebagai pusat dari perdagangan dan pembelajaran tentang Islam.[1] Beliau juga pernah melakukan serangan terhadap Portugis, tetapi serangan tersebut tidak berhasil, meskipun begitu Aceh tetap merupakan kerajaan yang merdeka. Namanya kini diabadikan untuk Universitas Iskandar Muda, Kodam Iskandar Muda dan Bandar Udara Internasional Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh. beliau dikenal sangat piawai dalam membangun kerajaan aceh darussalam.[3][4]

[1](Inggris)Encyclopedia Britannica
[2]LOMBARD, Denys. Kerajaan Aceh: Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, 2006. ISBN 979-9100-49-6
[3]Gischa, Serafica. Gischa, Serafica, ed. "Biografi Sultan Iskandar Muda dan Perjuangannya". Kompas.com
[4] Hasyim. "Iskandar Muda Penguasa Selat Malaka". Tribunnews.com.

Referensi : Sultan Iskandar Muda


Cap Sikureung

Cap Sikureung

Keberadaan cap/stempel Kerajaan Aceh dikenal pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636), yang terinspirasi langsung dari Kerajaan Islam Mongol di Hindustan (India) pada masa pemerintahan dari Sultan Akbar. Cap Kesultanan Aceh ini terbuat dari batu dan disebut "Cap Sikureung" yang merupakan lambang Kebanggaan Kesultanan Aceh secara turun temurun. Disebut Cap Sikureung karena cap tersebut berisi sembilan lingkaran bertuliskan nama sultan yang pernah memerintah Aceh, dengan komposisi empat lingkaran untuk nama dinastinya sendiri dan empat lingkaran untuk nama sultan Aceh dari dinasti terpilih lainnya dan lingkaran di tengah untuk sultan yang berkuasa. Cap atau Stempel ini dibuat dengan cara yang sama dari generasi ke generasi oleh sultan yang berkuasa. Cap Sikureung untuk Kerajaan Aceh juga melambangkan Empat Hukum Dasar (Quran, Hadits, Ijma Ulama dan Qias) dan Empat Jenis Hukum (Hukum, Adat, Qanun dan Reusam) dalam masyarakat Aceh.



Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay