MAKAM KUNO BLANG CUT
Nama situs : Makam Kuno Blang Cut
Alamat
Desa/Kelurahan : Blang Cut
Kecamatan : Meurah Dua
Kabupaten/Kota : Pide Jaya
Provinsi : Aceh
Koordinat/UTM : 05’ 24’ 13.1” oLU – 96’ 26’ 17.4” oBT
Ketinggian : 54 mdpl
Luas situs : 6 x 7 m
Bahan utama : Batu
Jenis nisan : C dan D
Kondisi : Tidak terawat
Batas
Utara : Sawah
Selatan : sawah
Timur : Sawah
Barat : sawah
Deskripsi
Situs makam kuno Blang Cut terletak di desa Blang Cut Kecamatan Meurah Dua Kabupaten Pidie Jaya. Berdasarkan garis astronomis, situs makam kuno ini terletak pada koordinat 05’ 24’ 13.1” oLU – 96’ 26’ 17.4” oBT dan berada pada ketinggian 54 meter di atas permukaan laut. Spesifiknya, situs ini berada di atas sebuah gundukan tanah di tengah-tengah area persawahan warga. Keempat sisinya berbatasan langsung dengan sawah yang aktif digarap untuk menanam padi.
Keadaan situs ini pada saat ditemukan sangat memperihatinkan. Nisannya terbenam ke dalam tanah, yang tersisa hanya puncaknya saja yang ditutupi oleh rerumputan serta ilalang sangat lebat. Akar-akar pohon juga menjadi penyebab berpindah posisinya batu nisan di situs ini. Ditambah lagi, aktifitas pertanian mengumpulkan sampah organik di situs ini menjadi penyebab lain terbenamnya batu nisan ke dalam tanah. Alhasil, untuk mengidentifikasi batu nisan di situs ini membutuhkan waktu cukup lama dengan cara mengangkat batu nisan ke atas permukaan serta menata ulang posisinya demi memastikan kelestariannya.
Secara spesifik, situs ini berupa sebuah gundukan tanah seluas 6x7 meter. Kemungkinan, ukuran gundukan dahulunya jauh lebih lebar. Namun karena dicangkul oleh petani untuk merapikan pinggiran sawah guna terhindar dari hama padi membuat gundukan semakin mengecil. Di atas gundukan terdapat tiga buah nisan, satu nisan jenis pipih bersayap (Othman tipe C) tanpa pasangan dan dua buah nisan pipih (Othman tipe D) berpasangan (Yatim 1988).
Latar Sejarah
Nisan-nisan di situs ini merupakan nisan terbesar di antara nisan-nisan lainnya yang ditemukan di Kecamatan Meurah Dua, Pidie Jaya. Nisan pipih bersayap (Othman tipe C) tingginya adalah 70 cm, panjang 40 cm dan lebar 19 cm. Bagian tepi kaki, satu ujung sayap serta puncak nisan telah patah. Kulitas nisan ini sangat istimewa karena keseluruhan badannya dipenuhi oleh ornament. Kaki nisan dibubuhi motif bungông kalimah (la ilaha illa Allah) menggunakan khat naskhi yang diukir di dalam panil secara mendatar mengelilingi keseluruhan kaki (Herwandi 2003). Badan bawah nisan sangat lebar dari biasanya, dihiasi oleh motif jala dan kelopak bunga di keempat sisinya. Badan nisan (sisi depan dan belakang) dihiasi motif kalimah tauhid (la ilaha illa Allah) pada semua panilnya. Menariknya, pada tepian badan dan sayap juga terdapat inskripsi serupa yang mana pada bagian ini sangat jarang ditemukan inskripsi nisan-nisan tipe C lainnya. Sisi kiri dan kanan nisan terpahat kalimah tauhit serupa. Kalimah tersebut dipahat menggunakan khat naskhi di dalam panil bergaya pintu Aceh (pintô Aceh) (Herwandi 2003). Sementara puncak nisan memiliki motif lampu gantung (lentera) yang mana di dalamnya juga dipahat kalimah tauhid.
Kemudian, sepasang nisan pipih tanpa sayap (Othman tipe D) memiliki ukuran yang sama. Tingginya adalah 67 cm, panjang 27 cm dan lebar 19 cm. Sama sepertni nisan pipih bersayap, nisan tipe D ini juga begitu istimewa karena keseluruhan permukaannya dihiasi oleh berbagai jenis motif. Kaki nisan dihiasi motif jala dan kelopak bunga di sekelilingnya. Yang membuat paling istimewa adalah konsep panil menggunakan kolom. Total terdapat enam kolom yang saling terkait pada keempat sisi badan nisan. Di dalam kolom inilah dipahat kalimah tauhid (la ilaha) menggunakan khat naskhi. Panil ini menggunakan konsep pintu Aceh (pinto Aceh) yang dipadukan dengan motif meranti (bungông meuranté) segitiga. Istimewanya lagi, setiap sudut badan nisan diberi motif awan-awan (bungông awan-awan) yang diukir dengan sangat rapi (Herwandi 2003). Begitu pula dengan puncak nisan terdapat motif bunga awan-awan yang diukir melengkung di dalam bingkai lampu gantung.
Hasil investigasi terhadap inskripsi ketiga batu nisan Aceh di situs ini tidak menampilkan satupun angka tahun, nama, atau petunjuk yang mengarah kepada afiliasi pemilik makam. Namun, kedua jenis nisan ini mewakili abad ke-16 Masehi. Ukuran dan karakter nisan yang sangat istimewa ini jelas mengindikasikan bahwa mereka merupakan sosok penting dalam masyarakat di Meureudu pada abad ke-16 Masehi. Biasanya, makam-makam orang penting seperti raja, pegawai istana ataupun hulubalang menggunakan nisan yang istimewa. Tujuannya adalah sebagai penanda status sosial serta penghargaan atas jasa mereka (Tjandrasasmita 2009). Nisan-nisan raja/putra mahkota bisanya dipahatkan kata as-Sulthan di salah satu potongan inskripsinya, sementara golongan lain diberikan ornament-ornamen tertentu guna menampilkan status sosial melalui batu nisan (Ambary 1998). Antara kelompok tersebut adalah hulubalang, pegawai pemerintah yang menjalankan tugas tertentu di suatu wilayah yang ditugaskan oleh raja/sultan (Reid 1995, Lombard 1986).
Atas dasar kehadiran simbol-simbol pada batu nisan di situs Makam Kuno Blang Cut kita berani berpendapat bahwa biografi pemilik nisan tersebut adalah hulubalang di Meureudu pada abad ke-16 Masehi. Indikasi paling kuat bahwa pemilik nisan tipe C seorang perempuan sementara nisan tipe D berkemungkinan seorang lelaki. Dalam sejarah pemakaman kuno di Aceh, seorang pemimpin, khususnya kepala keluarga selalu berada di sisi paling barat sementara anggota keluarga lain di sisi timur mengikut posisinya di dalam keluarga (Satria 1998). Situs ini memberikan informasi akan tatanan sosial dan politik di Meureudu sekitar abad ke-16 Masehi. Bahwasanya, hulubalang adalah orang yang memiliki pengaruh dalam tatanan masyarakat Pidie Jaya sekitar 400 tahun dahulu.
Referensi
Ambary, Hasan Muarif. 1998. Menemukan Peradaban: Jejak Arkeologis dan Historis Islam Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Herwandi. 2003. Bungong Kalimah: Kaligrafi Islam dalam Balutan Tasawuf Aceh Abad ke-16 - 18 M. Padang: Andalas University Press.
Lombard, Denys. 1986. Kerajaan Aceh: Jaman Sultan Iskandar Muda, 1607-1636. Jakarta: Balai Pustaka.
Reid, Anthony. 1995. Witnesses to Sumatra: A Travellers' Anthology. New York: Oxford University Press.
Satria, Deddy. 1998. "Nisan-nisan di Situs Kampung Tibang Aceh." Sarjana, Prodi Arkeologi Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.
Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Yatim, Othman Mohd. 1988. Batu Aceh: Early Islamic Gravestones in Peninsular Malaysia. Kuala Lumpur: Museum Association of Malaysia.
Lampiran
Kondisi situs sebelum dibersihkan |
Proses pengangkatan batu nisan |
Batu nisan pipih bersayap (Othman tipe C) |
Batu nisan pipih tanpa sayap (Othman tipe D) |
Detil inskripsi kaligrafi, panil dan ornament nisan pipih (Othman tipe D) |
Kondisi situs dan batu nisan pasca penataan |
0 Komentar