Budayapijay.or.id - Benteng Kuta Batee terletak di Gampong Manyang Lancok Kecamatan Meureudu Kabupaten Pidie Jaya. Benteng ini secara spesifik terletak pada koordinat 05’ 13’ 17,4” ˚LU – 096’ 15’ 17,8” ˚ BT dan berada pada ketinggian 16 mdpl. Pada sisi timur terdapat sungai besar yang bermuara langsung ke laut Pidie Jaya. Di sisi selatan berbatasan langsung dengan kebun kelapa. Di sisi utara berbatasan langsung dengan sawah sementara di sisi barat berbatasan langsung dengan jalan dan sawah. Secara keseluruhannya, kawasan ini merupakan area persawahan yang aktif digunakan oleh masyarakat lokal. Begitu pula dengan area di dalam banteng yang telah dimanfaatkan oleh masyarakat lokal untuk menanam padi.
Banteng ini dibuat dari susunan batu sungai yang direkatkan menggunakan semen yang dibuat dari batu kapur (lime stone). Jenis batu yang digunakan adalah batu sungai (andesit) dengan bentuk dan ukuran yang bervariasi. Banteng ini berbentuk persegi dengan luas 90 x 90 meter. Tinggi dindng banteng adalah 1,6 meter dengan tebal dinding adalah 1,3 meter. Namun, struktur dinding timur banteng telah rusak (jatuh ke sungai) karena abrasi. Keadaan ini terus terjadi sampai hari ini sehingga kondisi di sisi timur dalam keadaan terancam.
Di sisi timur banteng juga terdapat struktur persegi dengan luas 4 meter dan tinggi 3 meter. Struktur ini juga dibuat dari batu sungai (andesit) yang direkatkan menggunakan semen dari batu kapur. Masyarakat setempat menyebutnya dengan sebutan meudat atau tempat duduk raja. Namun, berdasarkan bentuknya diperkirakan struktur ini berfungsi sebagai menara pantau. Struktur ini sendiri dalam kondisi teracam karena kondisinya telah banyak mengalami keretakan.
Berdasarkan latarbelakang sejarahnya, Benteng Kuta Batee ini didirikan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1614 (Said 1981). Banteng ini memiliki beberapa fungsi yaitu sebagai pusat pertahanan, latihan militer dan juga lini konsentrasi pasukan Kesultanan Aceh (Lombard 1986). Keberadaan Benteng ini sebagai bagian dari misi Sultan Iskandar Muda untuk menaklukan pantai utara-timur pulau Sumatera dan semenanjung Malaysia (Hadi 2010). Selain itu, benteng ini juga berperan untuk mengontrol jalur perdagangan serta pelayaran di Selat Malaka. Dilihat dari bentuk dan lokasinya, Benteng Kuta Batee sanggup menampung puluhan ribu pasukan serta menjadi tempat bagi pengarahan kekuatan angkatan lau Kesultanan Aceh (Said 1981). Dalam perjalan sejarah, Meureudu merupakan daerah dengan status dibawah perlindungan langsung Kerajaan Aceh. Oleh sebab itu, Meureudu dijadikan sebagai tempat pengumpulan pasukan cadangan (Zainuddin 1961). Bekas-bekas peninggalan di sekitar benteng membuktikan bahwa benteng ini didirikan pada awal abad ke-17 Masehi.
Benteng Kuta Batee ini dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Pidie Jaya dan dikelola oleh Dinas Kebudayan dan Pariwisata Aceh.
0 Komentar