Budayapijay.or.id - Sastra Aceh telah berkembang sejak ratusan tahun lalu. Dalam perkembangananya, sastra Aceh wujud menjadi:
- Seumapa: tegur sapa
- Hikayat: riwayat masa lalu
- Nazam: syair-syair keagamaan
- Ca’e: syair bebas secara spontan
- Meurukon: Tanya jawab rukun islam/ keagamaan
- Dodaidi Aneuk: Nasihat orang tua kepada anak
- Narit Maja: Pribahasa Aceh
- Hiem: Teka-teki Aceh
- Meurajah: Syair-syair sendu untuk pengobatan
- Boh Gatok: Cerita Rakyat/ Legenda
- Syahi Panyang: Syair yang digunakan dalam Seudati
Pidie Jaya terkenal dengan penutur Ca’e, seperti: Alm. Syeh Lah Bangguna dan Syeh Rih Meureudu. Ca’e/Syair
spontan adalah jenis sastra tutur Aceh yang hampir punah. Syair ini lahir
sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi si penutur dan dapat
menyesuaikan dengan judul atau tema sebuah kegiatan. Syair ini muncul dari
pikiran si penutur secara spontan tanpa konsep lebih dulu dan bukan hafalan (karang lam eu). Pada PKA 8 tahun 2023
dua orang penutur Ca’e dari Pidie Jaya yaitu Syeh Di Nanggroe Meureudu dan Syeh
Muhammad Pijay akan menampilkan syair spontan yang berkaitan dengan tema
“Rempahkan Bumi, Pulihkan Dunia”.
Syair ini bersajak ab-ab dengan
kata-kata Bahasa Aceh dan didalamnya terdapat kalimat-kalimat yang mengunakan buhu-buhu untuk memperindah khas sastra
Aceh. Syair spontan ini merupakan warisan endatu
yang sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Pengunaannya biasa di acara pertemuan
baik formal maupun non formal, seperti: pesta pernikahan, sosialisasi, seminar,
dll.
0 Komentar