Alat Produksi Tradisional dalam Bersawah: Kekayaan Budaya Aceh

Budayapijay.or.id - Masyarakat Aceh memiliki tradisi agraris yang kaya dan unik, terutama dalam kegiatan bersawah. Sebagai daerah yang subur, Aceh memanfaatkan lahan pertaniannya dengan baik, menggunakan alat-alat tradisional yang telah diwariskan turun-temurun. Tiga alat utama yang digunakan untuk mengolah tanah dalam proses bersawah di Aceh adalah Lhamm, Cangkoy, dan Langai. Berikut adalah penjelasan masing-masing alat tersebut.


1. Lhamm


Bahannya terbuat dari kayu dan besi. Pegangannya dibuat dari kayu keras atau batang jok yang disebut gou lhaam dan matanya dibuat dari besi, sama seperti cangkoy cuma ukurannya lebih kecil dan bentuknya agak melengkung yang dalam bahasa Aceh disebut mata lhaam. Kegunaan dari pada alat ini yaitu , untuk menggali tanah, membuat saluran air dan pematang sawah.




2. Cangkoy


Cangkoy (cangkul) merupakan alat untuk pengolahan tanah yang umumnya digunakan di sawah. Bahannya dari kayu dan besi. Kayu berfungsi sebagai tempat pegangan dan besi sebagai mata cangkul. Kayu pegangan ini umumnya terbuat dari bak mane atau kayu keras lainnya. Pegangan ini dinamakan gou cangkoy (gagang cangkul). Besi yang disebut mata cangkoy, dibuat dari lempengan besi bekas yang oleh pandai besi di tempa menjadi mata cangkoy. Kegunaan dari alat ini yaitu sebagai alat pengolah tanah dan juga sebagai alat untuk membuat pematang sawah.






3. Langai

Langai merupakan alat bajak sawah tradisional yang ditarik oleh kerbau atau sapi dan sekarang masih digunakan di beberapa kampung. Langai terdiri dari beberapa bagian yaitu boh langai (tinggi 55-60 cm), mata langai (panjang 20-25 cm), eh langai (Panjang 250 cm) dan lamat langai (tinggi 150 cm). Selain itu, langai juga dilengkapi dengan yok (panjang 130 cm). Untuk menjalankan sebuah langai biasanya menggunakan tenaga sapi atau kerbau. Para petani menggunakan kerbau untuk untuk lahan pertanian yang banyak mengandung air atau daerah rawa-rawa yang biasanya terdapat di dataran rendah, sedangkan lahan yang mengandung sedikit air biasanya menjadi ciri lahan pertanian dataran tinggi dengan menggunakan sapi.



  • Boh Langai
Boh langai adalah bagian yang terletak paling bawah langai. Fungsi bagian ini adalah sebagai tempat memasang mata langai. Boh langai terbuat dari kayu bak mane (pohon laban). Mata langai dipasang pada boh langai, bentuk lancip dari mata langai ini mengikuti bentuk boh langai yang menyerupai anak panah besar. Bagian ini yang mengorek atau membalik tanah ketika langai ditarik oleh kerbau atau sapi sehingga tanah menjadi gembur. Selain itu, mata langai terbuat dari besi supaya kuat dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama.
  • Eh Langai
Eh langai berfungsi untuk menghubungkan kerbau atau sapi untuk penarik dengan bagian lain yang berada dibelakangnya, yaitu bagian boh langai dan yok langai. Eh langai terbuat dari sepotong kayu yang keras dan kuat, seperti pohon arena atau nibung, dengan panjang sekitar 3 meter dengan lebar sekitar 10-12 cm dan membujur dari depan ke belakang eh langai ada yang dibuat melengkung ke bawah, adapula yang hanya lurus dari ujung ke pangkal. Eh langai yang dibuat melengkung bagian belakangnya, ketika digunakan setengah batang eh langai akan berbentuk mendatar.
  • Yok Langai
Yok adalah bagian penting dari langai yang dibuat dari kayu dengan bentuk khas. Bentuk yok menyesuaikan dengan leher kerbau atau sapi tempat yok langai tersebut dipasang. Yok langai juga memiliki fungsi untuk menghubungkan dengan eh langai supaya langai dapat ditarik. Selain itu, yok langai memiliki perangkat yang terdiri atas taloe lihir atau anyaman dari rotan yang berfungsi menghubungkan atau mengikat yok langai dengan leher sapi atau kerbau.
  • Lamat
Di atas boh langai terdapat peralatan lain, yaitu sepotong kayu dihaluskan, kayu itu disebut lamat, panjang lamat sekitar 15 meter. Lamat terletak di bagian paling belakang peralatan langai. Lamat berbentuk miring dan berfungsi sebagai pegangan orang yang menggunakan langai. Ureung mau’e (orang yang membajak) menekan bagian ini supaya mata langai terbenam ke dalam tanah. Selain itu, lamat juga berfungsi sebagai tempat para petani mengendalikan dan mengatur arah langai berbelok atau memutar.
  • Dua Helai Tali
Langai juga memiliki bagian tambahan selain yang disebutkan diatas, yaitu (taloe ron) dua helai tali yang terbuat dari sabut kelapa, tali ijuk atau tali nilon. Tali tersebut berguna untuk mengarahkan sapi atau kerbau supaya berbelok. Tali tersebut membentang dari depan ke belakang, menghubungkan ureung mau’e dengan kerbau atau sapi penarik langai. Untuk mengarahkan kerbau supaya mau berbelok ke kanan, ureung mau’e menarik tali sebelah kanan, begitu pula sebaliknya.

Keselarasan dengan Alam


Penggunaan alat-alat tradisional seperti Lhamm, Cangkoy, dan Langai menunjukkan bagaimana masyarakat Aceh memadukan teknologi sederhana dengan kearifan lokal. Proses ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga melibatkan nilai-nilai kebersamaan, karena sering kali dilakukan secara gotong royong. Selain itu, alat-alat ini mudah diperbaiki dan dirawat, sehingga tetap relevan meskipun teknologi modern sudah berkembang.

Warisan Budaya yang Perlu Dilestarikan


Alat-alat tradisional seperti Lhamm, Cangkoy, dan Langai merupakan warisan budaya yang mencerminkan keunikan dan identitas masyarakat Aceh. Di tengah arus modernisasi, penting untuk melestarikan penggunaan dan pengetahuan tentang alat-alat ini. Salah satu caranya adalah dengan mengintegrasikan pendidikan tradisional ke dalam kurikulum lokal dan mengadakan pelatihan bagi generasi muda.







Dengan mengenal dan menjaga alat-alat tradisional ini, kita tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga menghormati perjuangan petani Aceh yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan daerah. Alat-alat sederhana ini adalah bukti bahwa inovasi tidak selalu berarti canggih, melainkan tepat guna dan berdaya guna.

Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay