Koordinat: 5o25’68.3’’N, 96o06’31.0’’E
Elevasi: 12 mdpl
Budayapijay.or.id - Meriam Keudee Lung Putu terletak di depan kantor desa Keudee Lung Putu kecamatan Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya. Lokasinya tepat berada di samping jalan lintas nasional sehingga siapa saja dapat dengan mudah melihatnya. Asal usul penemuan meriam ini tidak diketahui. Namun meriam ini dibawa ke desa Keudee Lueng Putu dari salah satu lokasi di Pidie Jaya sekitar awal tahun 2000an.
Meriam berbahan besi sepanjang 175 cm ini dikenal dengan nama “meriam bumbung”, salah satu jenis meriam yang cukup lazim digunakan di Aceh sejak masa agresi militer Belanda di abad ke-19 hingga 20 Masehi. Dalam sejarahnya, meriam bumbung biasanya digunakan di beberapa tempat seperti kapal perang dan benteng. Kadang kala meriam bumbung dibawa ke medan perang gerilya sebagai artileri dengan cara memasangkan roda. Hal ini sangat wajar mengingat meriam bumbung memiliki pen atau tuas untuk memasang roda.
Kita tidak memiliki informasi detil tentang kronologi kehadiran meriam bumbung ini di Pidie Jaya. Namun, sebuah perang hebat dan berkepanjangan (28 tahun) pernah terjadi di Batee Iliek mulai tahun 1876 hingga 1904 (Dar 2018). Belanda ingin meruntuhkan pertahanan kesultanan Aceh di Benteng Batee Iliek, sebuah kawasan yang berhampiran langsung dengan Meureudu (Pidie Jaya) (Madjid 2014).
Lokasi awal penemuan meriam ini tidak diketahui sehingga kita belum berani menarik benang merah dengan ekspedisi Belanda ke Batee Iliek. Ada kemungkinan meriam ini digunakan sebagai artileri oleh Belanda dalam penyerangan benteng Batee Iliek akhir abad ke-19 Masehi. Hal ini dilandasi atas data sejarah bahwa beberapa wilayah di Pidie Jaya yang berdekatan dengan Batee Iliek pernah diokupasi oleh Belanda (Said 1981). Bahkan, peta penyerangan Batee Iliek yang pernah dibuat oleh Belanda sekitar tahun 1880 menggambarkan rute penyerangan yang sebagian besarnya merupakan kawasan Pidie Jaya (Kielstra 1884).
Tidak menutup kemungkinan pula bahwa Belanda membawa meriam ini di awal abad ke-20 Masehi ketika Meureudu dijadikan wilayah kewedanan (Onderafdeeling) yang meliputi Ulee Glee hingga Pante Raja (Amelia 2015). Bangunan kolonial berupa rumah controlleur juga didiriakan di Meureudu awal abad ke-20 yang saat ini difungsikan sebagai pendopo bupati Pidie Jaya merepresentasikan tinggalan Belanda pasca keruntuhan benteng Batee Iliek.
0 Komentar