MAKAM PANGLIMA NYAK DUM

 MAKAM PANGLIMA NYAK DUM


Nama situs : Makam Panglima Nyak Dum

Alamat

Desa/Kelurahan : Desa Mee Puduk

Kecamatan : Tringgadeng

Kabupaten/Kota : Pidie Jaya

Provinsi         : Aceh

Koordinat/UTM : 5°14'58.30"oLU – 96°10'29.18"oBT

Ketinggian : 26 mdpl

        Luas situs : 7 x 8 m

        Bahan utama : Batu

        Jenis nisan : Batu alam

        Kondisi : Terawat

Batas

Utara : Balai pengajian

Selatan         : Balai pengajian

Timur : Balai pengajian

Barat : Balai pengajian

 


Deskripsi

Situs makam kuno Panglima Nyak Doem terletak di dalam sebuah bangunan di pekarangan meunasah di desa Mee Puduek Kecamatan Trienggadeng Kabupaten Pidie Jaya. makam ini terletak pada koordinat 5°14'58.30"oLU – 96°10'29.18"oBT dengan ketinggian 26 meter di atas permukaan laut. Pada sore hari, kawasan meunasah ini adalah tempat belajar al-Quran bagi anak anak di desa ini pada sore hari. 


Makam Panglima Nyak Dum berada di dalam sebuah bangunan (cungkup) yang didirikan sekitar tahun 2014 untuk penghormatan atas jasanya oleh pemerintah daerah. Di dalam bangunan ini ditemukan dua buah makam yang sepanjang 4 meter yang ditandai oleh batu alam berukuruan cukup besar. Makam Panglima Nyak Dum yang diyakini berada di sisi paling barat memiliki nisan setinggi 80 cm dengan lebar 60 cm. Nisan ini berbahan batu sungai (andesit) polos tanpa hiasan. Sementara makam yang berada di sisinya diyakini oleh masyarakat lokal sebagai makam istrinya yang hingga hari ini belum diketahui namanya.


Tidak ada pahatan epigrafi pada nisan ini sehingga kita tidak menemukan petunjuk khusus terhadap penggunaan nisan ini. Namun, dalam masyarakat lokal khususnya di Aceh, nisan-nisan berbahan batu alam tidak berukir lazim digunakan sebagai penanda kubur. Bahkan, batu yang berukuran relatif besar dengan bentuk bundar sempurna digunakan sebagai penanda kubur masyarakat dari golongan tertentu. Di kawasan Pidie Jaya, nisan batu alam berukuran besar ditemukan di beberapa situs penting salah satunya di situs Raja-Raja Meureudu. Maka dari itu, walaupun bukti epigrafi tidak hadir di nisan ini, namun keberadaan nisan berukuran besar ini cukup merepresentasikan peran dan pengaruh pemilik nisan di dalam masyarakat pada masa lampau.



Latar Sejarah

Masyarakat lokal secara turun-temurun meyakini bahwa makam di dalam komplek ini adalah makam Panglima Nyak Dum. Ia merupakan tokoh penting dalam terjalinnya hubungan bilateral antara Kesultanan Aceh dan Utsmani mulai abad ke-16 Masehi. Hubungan diplomatik yang didasari persaudaraan agama Islam dan politik rempah (lada) menjadi cerita yang tidak terpisahkan dari seorang Panglima Nyak Dum. 


Pada masa Sultan Alaudin Riayat Syah (16 M), Aceh mengirim utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan militer guna melawan Portugis (Lombard 1986, Ito 2014). Utusan Aceh ini mengangkut rempah khususnya lada yang ingin dipersembahkan kepada Sultan Turki sebagai (Reid 2014). Namun, secara lebih spesifik, Zainuddin (1961) mengaitkan Panglima Nyak Dum sebagai utusan Iskandar Muda ke Turki Utsmani. 


Kisah awal keterlibatan Panglima Nyak Dum memimpin ekspedisi ke Turki berawal dari hasil musyawarah di dalam istana. Beliau adalah seorang pemberani serta pandai berbahasa Arab sehingga menjadi pertimbangan utama dipilihnya menjadi ketua ekspedisi. Untuk menyukseskan ekspedisi ini, maka sebanyak tiga buah kapal disiapkan oleh kesultanan Aceh. Kapal pertama penuh bermuatan lada, kapal kedua berisi beras sementara kapal ketiga bersisi pinang yang akan dijual khususnya di India sebagai bekal perjalanan. Sementara padi dan lada khusus dipersiapkan sebagai oleh-oleh untuk sultan Utsmani (Zainuddin 1961). 


Sepucuk surat resmi berbahasa Arab lengkap dengan stempel dari kesultanan Aceh juga disiapkan. Isinya adalah tentang keinginan sultan Aceh untuk bersahabat dengan sultan Turki Utsmani. Surat ini diberikan kepada Panglima Nyak Dum sebagai ketua ekspedisi ke Konstantinopel, ibu kotanya Turki Utsmani kala itu (abad ke-16 Masehi) (Zainuddin 1961).


Menurut Zainuddin (1961), Panglima Nyak Dum berasal dari Pangwa, sebuah wilayah yang berbatasan dengan Meureudu. Naskah yang berasal dari tahun 1598 menceritakan bahwa ayahnya Bernama Haji Wancu, seorang pemimpin di daerah Pangwa. Karena ahli di bidang perang dan fasih berbahasa Arab, Nyak Dum akhirnya dibawa oleh Sultan Aceh ke Meuraxa di Kuta Raja sehingga dikawinkan di sana (Zainuddin 1961).  






Referensi

Ito, Takeshi. 2014. Aceh Sultanate: State, Society, Religion, and Trade from the Dutch Sources 1936-1961. London: Brill.

Lombard, Denys. 1986. Kerajaan Aceh: Jaman Sultan Iskandar Muda, 1607-1636. Jakarta: Balai Pustaka.

Reid, Anthony. 2014. "Turkey as Aceh’s Alternative Imperium."  Archipel 87 (1):81-102.

Zainuddin, H.M. 1961. Tarich Atjeh dan Nusantara. Medan: Pustaka Iskandar Muda.

 

Lokasi situs makam Panglima Nyak Doem


A house with a red roof

Description automatically generated with medium confidence

Bangunan makam Panglima Nyak Doem


A picture containing cement, dirty, stone, tiled

Description automatically generated

Makam Panglima Nyak Doem (dibungkusi kain putih) dan makam istrinya


Batu nisan kaki Panglima Nyak Doem


Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Menu Sponsor

Subscribe Text

Ikuti Channel YouTube Budaya Pijay